Kulon
Progo,- Dalam rangka penanganan dan pencegahan stunting
di Kalurahan Karangsewu, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo, Kalurahan
setempat melalui Rumah Desa Sehat (RDS) mengadakan rembuk stunting. Rembuk
stunting ini digelar di Aula Kalurahan Karangsewu pada hari Kamis, 23 April
2020. Rembuk stunting ini digelar dalam rangka percepatan, pencegahan dan
penanganan stunting terintegrasi di Kalurahan Karangsewu. Rembuk stunting ini
dihadiri oleh Panewu Kapanewon Galur yang diwakili oleh Kepala Jawatan Sosial, Tenaga
Ahli P3MD Kabupaten Kulon Progo, Lurah beserta Pamong Kalurahan Karangsewu,
Badan Permusyawaratan Kalurahan (BPKal), Pendamping desa, Bidan desa, serta
kader-kader posyandu se-Kalurahan Karangsewu.
Rembuk stunting dibuka
oleh Lurah Kalurahan Karangsewu, Bapak Anton Hermawan. Dalam sambutannya Lurah
Anton Hermawan menyampaikan bahwa rembuk stunting ini adalah suatu forum yang
strategis dalam rangka percepatan penanganan dan pencegahan stunting di
Kalurahan Karangsewu. Sebab di forum ini
dibahas terkait dengan data dan permasalahan tentang stunting yang selanjutnya
dimusyawarahkan solusi terhadap permasalahan-permasalahan tersebut. Lebih
lanjut beliau berharap dengan dilaksanakannya rembuk stunting ini dapat
mempercepat penanganan stunting di
Kalurahan Karangsewu. Pada tahun 2020
ini ada beberapa program dan kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kalurahan
Karangsewu dalam mengurangi angka stunting. Salah satunya dengan kegiatan
pemberian PMT bagi anak baduta gizi buruk, gizi kurang dan stunting, PMT bagi
ibu hamil yang kekurangan energy kronis (KEK), kegiatan penimbangan, pengukuran
panjang/tinggi badan anak serta konseling gizi
di posyandu, kegiatan kelas ibu hamil, jambanisasi dan masih banyak
lagi.
Sementara itu, Ibu Rusmini, SE. selaku Kepala Jawatan
Sosial Kapanewon Galur dalam sambutannya mengapresiasi atas terselenggaranya rembuk stunting di Kalurahan Karangsewu Kapanewon Galur. Rembuk
stunting ini diharapkan menjadi salah satu point penting dalam merencanakan
pencegahan dan penanganan stunting. Adapun upaya pencegahan dan penanganan
stunting ini dapat melalui dua pendekatan yaitu intervensi gizi spesifik dan
intervensi gizi sensitive. Lebih lanjut
Rusmini, SE. menjelaskan bahwa kedua
cara tersebut harus dilakukan, karena intervensi gizi spesifik ini daya ungkit penyelesaiannya
hanya sekitar 30 persen saja sedangkan 70 persennya adalah berasal dari
intervensi gizi sensitive.
Selaku Narasumber
adalah Aris Nurkholis, M.Pd. dari Tenaga Ahli P3MD Kabupaten Kulon Progo. Dalam
paparan materinya disebutkan bahwa Stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang
pada anak balita, akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan. Secara fisik, kondisi stunting dapat dilihat dari pertumbuhan tinggi
badan per umur yang tidak sesuai dengan standar pertumbuhan yang seharusnya. Akibat
terburuk nya adalah perkembangan dan pertumbuhan otak anak, sehingga kecerdasan
anak tidak maksimal yang tentu saja akan menimbulkan masalah secara sosial yang
bisa mempengaruhi masa depan serta produktivitas anak tersebut.
Lebih lanjut Aris
Nurkholis, M.Pd. menjelaskan permasalahan stuting ini cukup kompleks, tidak
hanya pada aspek kesehatan dan gizi saja
namun juga terdapat aspek lain yang juga
mempengaruhi seperti ketersedian jamban yang layak, dan air bersih
yang sehat dan aman untuk diminum.
Sehingga dalam upaya penanganannya pun juga harus multisektor atau yang sering disebut dengan konvergensi stunting.
Konvergensi stunting ini tidak
hanya terpadu dalam aspek kegiatan
penanganan stunting namun juga harus
terpadu atau konvergen dalam hal data sasaran yaitu 1000 Hari
Pertama Kehidupan, terpadu dalam aspek pelaku program, terpadu dalam
indicator pemantauan serta terpadu dalam perencanaan penanganan stunting.
0 komentar:
Posting Komentar